Senin, 18 April 2016

Foto Yang Tidak Sesuai Dengan EYD

    Penulisan PT seharusnya tidak memakai tanda titik.


Penulisan sata servis yang senar  seharusnya service

penulisan kata suoboyo nya salah seharus nya surabaya



penulisan kata mebel nya salah seharusnya meubel

seharusnya penulisan bank kalsel nya awal nya memakai huruf besar Bank Kalsel

penulisan kopi nya salah seharusnya COPY

Penulisan waroeng nya salah seharus nya WARUNG

Senin, 04 April 2016

  MAKALAH EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD)
KALIMAT



Disusun oleh :
Ersha Damayantie H1A115206
Ghina Firjaturrahma H1A115405
Rizky Ayuningtyas H1A115423
Siti Maisarah H1A115225


PROGRAM STUDI S1
FAKULTAS TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2016



KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya ke segenap isi alam. Dengan rahmat tersebut, penulis dapat menyelesaikan makalahEJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD) ini. Meskipun masih terdapat kekurangan, hal ini terjadi karena kealpaan penulis sebagai manusia dengan banyak keterbatasan.
Melalui makalah ini, penulis menyampaikan tentang Ejaan Yang Disempurnakan.Mulai dari pengertian ejaan, sejarah ejaan, macam-macam ejaan dan penggunaan EYD.Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin menyampaikan terima kasih terhadap pihak yang telah membantu tersebut semoga bantuan tersebut dibalas oleh Allah SWT.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna.Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi penulis. Akhirnya, penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua agar kita  semua dapat mengetahui semua tentang Ejaan Yang Disempurnakan.



Banjarmasin, April 2016












DAFTAR ISI

COVER .........................................................................................................................................  i
KATA PENGANTAR ......................................................................................................................  ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................................  iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................. 1
A.Latar Belakang Masalah.............................................................................................. 1
B.Rumusan Masalah........................................................................................................ 2
C.Tujuan Makalah............................................................................................................ 2
D.Manfaat Makalah........................................................................................................ 2
E.Tujuan Makalah............................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................... 3
A.Definisi Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).................................................................. 3
B.Pemakaian Huruf dalam EYD....................................................................................... 3
C.Penggunaan Huruf Kapital dalam EYD......................................................................... 4
D.Penulisan Kata dalam EYD........................................................................................... 7
E.Pemakaian Tanda Baca dalam EYD............................................................................. 9
F.Cara penggunaan EYD yang benar pada penulisan partikel, singkatan,
akronim dan angka..................................................................................................... 15
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................... 18
A.Kesimpulan................................................................................................................... 18
B.Saran dan Kritik............................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................ 19









BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah
Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran, dan bagaimana menghubungkan serta memisahkan lambang-lambang.Secara teknis, ejaan adalah aturan penulisan huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan penulisan tanda baca.Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan Bahasa Indonesia, ejaan Republik atau ejaan Soewandi.yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya.
Bahasa Indonesia dalam sejarah perkembangannya telah menggunakan beberapa ejaan, antara lain ejaan Van Ophuiysen dan ejaan Soewandi. Akan tetapi, sejak 1972, tepatnya pada 16 Agustus 1972, telah ditetapkan dan diberlakukan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) yang diatur dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Apabila pedoman ini dipelajari dan ditaati maka tidak akan terjadi kesalahan pengejaan kata.
Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan bersama telah ditandatangani oleh Menteri Pelajaran Malaysia pada masa itu, Tun Hussien Onn dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Mashuri. Pernyataan bersama tersebut mengandung persetujuan untuk melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para ahli dari kedua negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang Disempurnakan.Pada tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan Keputusan Presiden No. 57, Tahun 1972, berlakulah sistem ejaan Latin (Rumi dalam istilah bahasa Melayu Malaysia) bagi bahasa Melayu dan bahasa Indonesia.Di Malaysia ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi Bersama (ERB). Selanjutnya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarluaskan buku panduan pemakaian berjudul "Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan". Pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, menerbitkan buku "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan" dengan penjelasan kaidah penggunaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No.0196/1975 memberlakukan "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah".

B.      Rumusan Masalah
1.      Definisi Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) ?
2.      Bagaimana pemakaian huruf dalam EYD?
3.      Bagaimana penggunaan huruf kapital dalam EYD?
4.      Bagaimana penulisan kata dalam EYD?
5.      Bagaimana pemakaian tanda baca dalam EYD?
6.      Bagaimana cara penggunaan EYD yang benar pada penulisan partikel,singkatan,akronim dan angka?

C.      Tujuan Makalah
1.      Mengidentifikasi penggunaan EYD yang benar dan baku
2.      Mengidentifikasi penulisan kata yang benar sesuai dengan  EYD

D.     Manfaat Makalah
Makalah ini bermanfaat sebagai acuan pembelajaran EYD yang lebih maksimal untuk masa yang akan dating,minimal untuk bahan kajian yang mengacu kepada kemajuan dimasa yang akan datang.

E.      Tujuan Makalah
Makalah ini bertujuan untuk membimbing kita dalam penulisan kata-kata yang benar. Agar dalam penulisan setiap tugas, apalagi dalam karya ilmiah kita dapat memiliki keterampilan bahasa yang baik





BAB II
PEMBAHASAN

A.     Definisi Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Pengertian ejaan ini berbeda dengan arti kata mengeja, mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf dan suku kata. Ejaan adalah suatu sistem aturan yang jauh lebih luas dari sekedar masalah pelafalan, ejaan mengalir keseluruh cara penulisan bahasa. Ejaan yang berlaku saat sekarang ini adalah Ejaan Yang Disempurnakan. Ejaan yang pertama berlaku di indonesia adalah ejaan Van Ophuijsen yang disusun oleh Ch. A. Van Ophuijsen pada tahun 1901dan dimuat dalam kitab logat melayu.

B.      Pemakaian Huruf dalam EYD
1.      Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang A,B,C,D,E,F,G,H,I,J,K,L,M,N,O,P,Q,R,S,T,U,V,W,X,Y,Z.
2.      Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o,dan  u.


Huruf
Vokal
Contoh pemakaian dalam kata
diawal
Ditengah
diakhir
A
e

i
o
Api
Enak
Emas
Itu
oleh
Padi
Petak
Kena
Simpan
Kota
Lusa
Sore
Tipe
Murni
radio
Dalam pengajaran lafal kata, dapat digunakan tanda aksen jika ejaan kata menimbulkan keraguan.
3.      Huruf konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, e, f, g, h, i, j, k, l, m, n, o, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.

4.      Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
5.      Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.
6.      Pemenggalan Kata
1)      Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
-          Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.
-          Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, di antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.
-          Jika di tengah ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. Gabungan huruf konsonan tidak pernah diceraikan.
-          Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.
2)      Imbuhan akhiran dan imbuhan aalan, termasuk awalan yang mengalami perubahanbentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapatdipenggal  pada pergantian baris.
3)      Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat bergabungdengan unsur lain, pemenggalan dapat dilakukan (1) di antara unsur-unsur itu atau (2) pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah 1a, 1b, 1c dan 1d di atas.



C.      Penggunaan Huruf Kapital dalam EYD
Pemakaian huruf yang lazim dalam bahasa Indonesia adalah huruf kapital atau huruf besar dan huruf miring, sedangkan huruf tebal tidak pernah diatur dalam pedoman EYD. Uraian secara rinci tentang penulisan huruf kapital akan dijelaskan sebagai berikut:
1)         Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
2)         Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
3)         Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, nama Nabi/Rasul, dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
4)         Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
5)         Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
6)         Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang.
7)         Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
8)         Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
9)         Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
10)     Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama Negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.
11)     Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
12)     Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
13)     Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
14)     Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata petunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
15)     Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti anda.

Selain uraian diatas berikut penjelasan lain tentang penggunaan huruf Kapital dalam EYD, yaitu :
a)      Jabatan tidak diikuti nama orang
Dalam butir 5 Pedoman EYD dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsure nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat. Contoh, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Gubernur Jawa Barat, Profesor Jalaluddin Rakhmat, Sekretaris Jendral, Departemen Pendidikan Nasional. Jabatan tidak diikuti nama orang tidak memakai huruf kapital. Contoh, Menurut bupati, anggaran untuk pendidikan naik 25 % dari tahun sebelumnya.
b)      Huruf pertama nama bangsa
Dalam butir 7 dinyatakan, huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Contoh, bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris.
Ditegaskan, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai bentuk dasar kata turun. Contoh : ke-Sunda-Sundaan,ke-Inggris-Inggrisan,ke-Batak-Batakan, meng Indonesiakan.Seharusnya : kesunda-sundaan, keinggris- inggrisan, kebatak-batakan, mengindonesiakan.
c)      Nama geografi sebagai nama jenis
Dalam butir 9 ditegaskan, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri. Contoh, berlayar ke teluk, mandi di kali, menyebrangi selat, pergi ke arah tenggara, kacang bogor, salak bali, pisang ambon, pepaya bangkok, nanas subang, tahu sumedang, peuyeum bandung dan telur brebes.
d)      Setiap unsur bentuk ulang sempurna
Dalam butir 11 dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi. Contoh, Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Yayasan Ahli-Ahli Bedah Plastik Jawa Barat, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, Garis-Garis Besar Haluan Negara.
e)      Penulisan kata depan dan kata sambung
Dalam butir 12 dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Biasanya dipakai pada penulisan judul cerpen, novel. Contoh, Harimau Tua dan Ayam Centil, Hari-Hari Penantian dalam Gua  Neraka, Kado untuk Setan, Taksi yang Menghilang.

Penulisan Huruf Miring
a.   Penulisan nama buku
Pada butir 1 pedoman penulisan huruf miring ditegaskan, huruf miring dalam cetakan dipakaiuntuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Contoh,Buku Jurnalistik Indonesia, Majalah Sunda Mangle, Surat Kabar Bandung Pos.
b.   Penulisan penegasan kata dan penulisan bahasa asing
Butir 2 pedoman penulisan huruf miring menyatakan, huruf miring dalam cetakan dipakaiuntuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Contoh, boat modeling, aeromodeling, motorsport.



D.     Penulisan Kata dalam EYD
a.      Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
b.      Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
c.       Gabungan Kata
Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasukistilah khusus, unsure-unsurnya ditulis terpisah.
Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsure yang bersangkutan.
d.      Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya
Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; ku, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
e.      Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
f.        Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
g.      Kata ilmiah
Butir 3 pedoman penulisan huruf miring menegaskan, huruf miring dan cetakan dipakai untukmenuliskan kata nama ilmiah dan ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.Contoh, royal-purple amethyst, crysacola, turqoisa, rhizopoda, lactobacillus, dsb.
h.      Kata Turunan
1)      Gabungan kata dapat awalan akhiran
Butir 3 pedoman kata turunan menegaskan, jika bentuk dasar yang berupa gabungan katamendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.Contoh,bertepuk tangan, garis bawahi, dilipatgandakan, sebar luaskan.

2)      Gabungan kata dalam kombinasi
Butir 4 pedoman penulisan kata turunan menyatakan, jika salah satu unsur gabungan katahanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai. Contoh, antarkota,antarsiswa, antipornografi, antikekerasan, anti-Amerika, audiovisual, demoralisasi,dwiwarna, dwibahasa, ekasila, ekstrakulikuler, interkoneksi, intrakampus, multifungsi,pramuwisma,tunakarya, tunarungu, prasejarah, pascapanen, tridaya, rekondisi.
i.        Gabungan Kata
1)      Penulisan gabungan kata istilah khusus
Butir 2 pedoman penulisan gabungan kata mengingatkan, gabungan kata, termasuk istilahkhusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubunguntuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.Contoh; alat pandang-dengar, anak-istri saya, buku sejarah-baru, mesin-hitung tangan, ibu-bapak kami.
2)      Penulisan gabungan kata serangkai
Butir 3 pedoman penulisan gabungan kata menegaskan, gabungan kata berikut harus ditulisserangkai. Contoh, acapkali, adakalanya, akhirulkalam, daripada, darmawisata,belasungkawa,dukacita, kacamata, kasatmata, manakala, manasuka, matahari, olahraga,padahal, peribahasa, radioaktif, saptamarga, saripati, sediakala, segitiga, sekalipun,sukacita, sukarela, sukaria, titimangsa.







 




E.      Pemakaian Tanda Baca dalam EYD
1.      Tanda Titik (. )
a)      Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya   : Ayahku tinggal di Solo.           Biarlah mereka duduk di sana.
Dia menanyakan siapa yang akan datang.
b)      Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
Misalnya   :  A. S. Kramawijaya
Muh. Yamin
c)      Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan
Misalnya   :
Bc. Hk.              (Bakalaureat Hukum)
Dr.                   (Doktor)     
2.      Tanda Koma ( , )
a)      Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
Misalnya   :
Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
Satu, dua, . . . tiga! 
b)      Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata tetapi danmelainkan. 
Misalnya   :
Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim. 
3.      Tanda Titik Koma (; ) 
c)      Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian­bagian kalimat yang sejenis dan setara. 
Misalnya:
Malam makin larut; kami belum selesai juga. 
d)      Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung. 
Misalnya:
Ayah mengurus tanaman di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran pilihan pendengar.
4.      Tanda Titik Dua ( : ) 
Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian. 
Misalnva:
Yang kita perlukan sekarang ialah barang yang berikut: kursi, meja, dan lemari.
Fakultas itu mempunyai dua jurusan: Ekonorni
Umum dan Ekonomi Perusahaan. 
5.      Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemberian.
Misalnya:   
a)      Ketua         : Ahmad Wijaya
Sekretaris : S. Handayani
Bendahara            : B. Hartawan
b)      Tempat sidang      : Ruang 104
Pengantar Acara   : Bambang S.
Hari                       : Senin
Jam                        : 9.30 pagi 
6.      Tanda Hubung ( - ) 
a)      Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.


Misalnya:
...ada cara ba­-
ru juga. 
Suku kata yang terdiri atas satu huruf tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada ujung baris. 
b)      Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya, atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada
Misalnya:
.. . cara baru meng­-
ukur panas.
... cara baru me-
ngukur kelapa.
... alat pertahan­-
anyang baru.
c)      Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:  
anak-anak
berulang-ulang
dibolak-balikkan
kemerah-merahan
Tanda ulang (2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.
7.      Tanda Pisah ( - )
a)      Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasankhusus di luar bangun kalimat. 
Misalnya:
Kemerdekaan bangsa itu -saya yakin akan tercapai- diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri. 
b)      Tanda pisah menegaskan adanya aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas. 

Misalnya:
Rangkaian penemuan ini-evolusi, teori kenisbisan, dan kini juga pembedahan atom- tidak men­gubah konsepsi kita tentang alam semesta.
8.      Tanda Elipsis ( ... )
a)      Tanda elipsis menggambarkan kalimat yang terputus-putus.
Misalnya:
Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak. 
b)      Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut
9.      Tanda Tanya ( ? )
a)      Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya
Misalnya:
Kapan ia berangkat?
Saudara tahu bukan?
b)      Tanda tanya dipakai di antara tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:
la dilahirkan pada tahun 1683 (?).
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
10.  Tanda Seru (!) 
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah, atau yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau rasa emosi yang kuat. 
Misalnya:
Alangkah seramnya peristiwa itu!
Bersihkan kamar ini sekarang juga!
Masakan! Sampai hati juga ia meninggalkan anak- istrinya!
Merdeka! 



11.  Tanda Kurung (   ) 
a)      Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. 
Misalnya:
DIP (Daftar Isian Proyek) kantor itu sudah selesai. 
b)      Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan. 
Misalnya:  
Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962
c)      Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu seri keterangan. Angka atau huruf itu dapat juga diikuti oleh kurung tutup saja.
Misalnya: 
Faktor-faktor produksi menyangkut masalah berikut:
(a) alam,

(b) tenaga kerja, dan
(c) modal.
Faktor-faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.

  
12.  Tanda Kurung Siku ([... ]) 
a)      Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu jadi isyarat bahwa kesalahan itu memang terdapat di dalam naskah asal.         
Misalnya:
Sang Sapurba men[d] engar bunyi gemerisik. 
b)      Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung. 
Misalnya:
(Perbedaan antara dua macam proses ini [lihat BabI] tidak dibicarakan.) 
13.  Tanda Petik ("... ") 
a)      Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain. Kedua pasang tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.  
Misalnya:  
"Sudah siap?" tanya Awal.
"Saya belum siap," seru Mira, "tunggu sebentar!" 
b)      Tanda petik mengapit judul syair, karangan, dan bab buku, apabila dipakai dalam kalimat. 
Misalnya:  
Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat
14.  Tanda Petik Tunggal ( ' ... ' ) 
a)      Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.       Misalnya:  
Tanya Basri, "Kaudengar bunyi 'kring-kring' tadi?"
"Waktu kubuka pintu kamar depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pul
ang', dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.
b)      Tanda petik tunggal mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing (Lihat pemakaian tanda kurung) 
Misalnya: 
rate of inflation          ’laju inflasi’
15.  Tanda Ulang ( ...2 ) (angka 2 biasa) 
Tanda ulang dapat dipakai dalam tulisan cepat dan notula untuk menyatakan pengulangan kata dasar.           
Misalnya:  
kata2
lebih2
sekali2 
16.  Tanda Garis Miring ( / ) 
a)      Tanda garis miring dipakai dalam penomoran kode surat
Misalnya:
No. 7/PK/1973 



b)      Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, per, atau nomor alamat. 
Misalnya:  
mahasiswa/mahasiswi
harganya Rp 15,00/lembar
Jalan Daksinapati IV/3 
17.  Tanda Penyingkat (Apostrof) ( ' ) 
Tanda apostrof menunjukkan penghilangan bagian kata. 
Misalnya:  
Ali 'kan kusurati        ('kan = akan)  Malam 'lah tiba        ('lah = telah)


F.       Cara penggunaan EYD yang benar pada penulisan partikel, singkatan, akronim dan angka
1.      Penulisan Partikel
Penulisan partikel -lah, -kah, dan –tahPedoman EYD menetapkan ketentuan pertama menyatakan partikel -lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Contoh: bacalah, tidurlah, apakah,  siapakah, apatah.
a.      Penulisan partikel pun
Butir 2 tentang penulisan partikel mengingatkan, partikel pun dituliskan terpisah dari kata yang mendahuluinya.
b.      Penulisan partikel per
Butir 3 tentang penulisan partikel menyebutkan, pertikel per yang berarti mulai, demi, dan tiap ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
2.      Penulisan Singkatan
Pedoman EYD menegaskan, singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
a.      Penulisan singkatan umum tiga huruf
Pedoman EYD mengingatkan, singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Kaidah bahasa jurnalistik dengan tegas melarang pemakaian singkatan umum seperti ini dalam setiap karya jurnalistik seperti tajuk renacana, pojok, artikel, kolom, surat pembaca, berita, teks foto, feature. Bahasa jurnalistik juga dengan tegas melarang penggunaan singkatan jenis ini dalam judul tajuk, artikel, surat pembaca, atau judul-judul berita.
b.      Penulisan singkatan mata uang
Pedoman EYD menegaskan, lambang kimia, singkatan satuan ukuran , takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
3.      Penulisan Akronim
Menurut Pedoman EYD, akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
Pertama, akronim nama diri berupa gabunga suku kata. Kedua, akronim yang bukan nama diri berupa gabungan huruf.
a.      Akronim nama diri
Pedoman EYD menyatakan, akronim nama diri yag berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
b.      Akronim bukan nama diri
Menurut Pedoman EYD, akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Sebagai catatan, Pedoman EYD mengingatkan, jika dianggap perlu membentuk akronim, maka harus diperhatikan dua syarat
Pertama, jumlah suku akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata Indonesia.
Kedua, akronim dibentuk yang sesuai dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim
4.      Penulisan Angka
Pedoman EYD menetapkan empat jenis penulisan angka,
Pertama, angka dipakai untuk menyatakan lambing bilangan atau nomor.Dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Kedua, angka digunakan untuk menyatakan :
(1) ukuran panjang, berat, luas, dan isi,
(2) satuan waktu,
(3) nilai uang, dan
(4) kuanitas.
Ketiga, angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, aparteman, atau kamar pada alamat.
Keempat, angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.


5.      Penulisan Lambang Bilangan
Dari delapan jenis penulisan bilangan yang diatur dalam Pedoman EYD, empat diantaranya perlu dibahas disini. Ini mengingat apa yang dibolehkan dalam Pedoman EYD, belum tentu dibolehkan pula dalam bahsa jurnalistik.
a.      Penulisan lambang bilangan satu-dua kata
Pedoman EYD menetapkan, penulisan lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan.
b.      Penulisan lambang bilangan awal kalimat
Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf.Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
c.       Penulisan lambang bilangan utuh
Angka yang menunjukan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca.Ketentuan dalam Pedoman EYD ini sangat sejalan dengan kaidah bahasa jurnalistik yang senantiasa menuntut kesederhanaan dan kemudahan.
d.      Penulisan lambang bilangan angka-huruf
Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali didalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi. (ash3).com







BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
            Ejaan merupakan keseluruhan peraturan bagaimana menggambarkan lambang-lambang bunyi ujaran dan bagaimana interrelasi antara lambang-lambang itu (pemisahannya, penggabungannya) dalam suatu bahasa. Ejaan yang disempurnakan bertujuan untuk dapat berkomunikasi dengan bahasa indonesia yang baik dan benar. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam EYD, seperti :
1. Pemakaian huruf   
3. Penulisan kata
4. Pemakaian tanda baca 

B.      Saran dan Kritik
1.      Bahasa Indonesia adalah bahasa Negara dan bahasa Nasional yang berfungsi sebagai sarana komunikasi ilmiah, untuk itu kiranya adalah suatu keharusan bagi kita semua agar mampu memahami ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD).
2.      Apa yang kita mengerti dan pahami tentang  ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD), sekiranya dapat kita praktekkan dalam penulisan karya ilmiah agar bahasa kita ini tidak tercampur dengan kata-kata asing.










DAFTAR PUSTAKA
Agustin, Risa, Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) Dengan Pedoman Umum Pembentukan Istilah, Surabaya: Serba Jaya, 1972.


Ningsih, Sri, dkk., Bahasa Indonesia Untuk Mahasiswa, Yogyakarta: C.V Andi sOffset,2007.

Pamungkas, Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), Surabaya: Giri Surya,1972.

Zainuddin, Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 1992.

http://pemakaian_huruf_bahasa_indonesia/jasa_artikel.com.htm