MAKALAH
EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD)
KALIMAT
Disusun oleh :
Ersha Damayantie H1A115206
Ghina Firjaturrahma H1A115405
Rizky Ayuningtyas H1A115423
Siti Maisarah H1A115225
PROGRAM
STUDI S1
FAKULTAS
TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS
LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya ke segenap isi alam. Dengan rahmat tersebut, penulis
dapat menyelesaikan makalahEJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD) ini. Meskipun masih
terdapat kekurangan, hal ini terjadi karena kealpaan penulis sebagai manusia
dengan banyak keterbatasan.
Melalui makalah ini, penulis menyampaikan tentang Ejaan Yang
Disempurnakan.Mulai dari pengertian ejaan, sejarah ejaan, macam-macam ejaan dan
penggunaan EYD.Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan
baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin
menyampaikan terima kasih terhadap pihak yang telah membantu tersebut semoga
bantuan tersebut dibalas oleh Allah SWT.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih
belum sempurna.Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun bagi penulis. Akhirnya, penulis berharap agar makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua agar kita semua
dapat mengetahui semua tentang Ejaan Yang Disempurnakan.
Banjarmasin, April
2016
DAFTAR ISI
COVER ......................................................................................................................................... i
KATA
PENGANTAR ...................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................................. iii
BAB I
PENDAHULUAN..................................................................................................................
1
A.Latar Belakang Masalah..............................................................................................
1
B.Rumusan Masalah........................................................................................................
2
C.Tujuan Makalah............................................................................................................
2
D.Manfaat Makalah........................................................................................................
2
E.Tujuan Makalah............................................................................................................
2
BAB II
PEMBAHASAN...................................................................................................................
3
A.Definisi Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)..................................................................
3
B.Pemakaian Huruf dalam EYD.......................................................................................
3
C.Penggunaan Huruf Kapital dalam EYD.........................................................................
4
D.Penulisan Kata dalam EYD...........................................................................................
7
E.Pemakaian Tanda Baca dalam EYD.............................................................................
9
F.Cara penggunaan EYD yang benar pada penulisan partikel, singkatan,
akronim dan angka.....................................................................................................
15
BAB III
PENUTUP..........................................................................................................................
18
A.Kesimpulan...................................................................................................................
18
B.Saran dan Kritik............................................................................................................
18
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................................................
19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Ejaan adalah
keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran, dan bagaimana
menghubungkan serta memisahkan lambang-lambang.Secara teknis, ejaan adalah
aturan penulisan huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan penulisan
tanda baca.Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan Bahasa Indonesia, ejaan
Republik atau ejaan Soewandi.yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini
menggantikan ejaan sebelumnya.
Bahasa Indonesia
dalam sejarah perkembangannya telah menggunakan beberapa ejaan, antara lain
ejaan Van Ophuiysen dan ejaan Soewandi. Akan tetapi, sejak 1972, tepatnya pada
16 Agustus 1972, telah ditetapkan dan diberlakukan Ejaan yang Disempurnakan
(EYD) yang diatur dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Apabila pedoman ini dipelajari dan
ditaati maka tidak akan terjadi kesalahan pengejaan kata.
Pada 23 Mei 1972,
sebuah pernyataan bersama telah ditandatangani oleh Menteri Pelajaran Malaysia
pada masa itu, Tun Hussien Onn dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia, Mashuri. Pernyataan bersama tersebut mengandung persetujuan untuk
melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para ahli dari kedua negara
tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang Disempurnakan.Pada tanggal 16 Agustus 1972,
berdasarkan Keputusan Presiden No. 57, Tahun 1972, berlakulah sistem ejaan
Latin (Rumi dalam istilah bahasa Melayu Malaysia) bagi bahasa Melayu dan bahasa
Indonesia.Di Malaysia ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi Bersama
(ERB). Selanjutnya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarluaskan buku
panduan pemakaian berjudul "Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan". Pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa
Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, menerbitkan buku "Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan" dengan penjelasan kaidah
penggunaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
dengan surat putusannya No.0196/1975 memberlakukan "Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah".
B. Rumusan Masalah
1. Definisi Ejaan
Yang Disempurnakan (EYD) ?
2. Bagaimana
pemakaian huruf dalam EYD?
3. Bagaimana
penggunaan huruf kapital dalam EYD?
4. Bagaimana
penulisan kata dalam EYD?
5. Bagaimana
pemakaian tanda baca dalam EYD?
6. Bagaimana cara
penggunaan EYD yang benar pada penulisan partikel,singkatan,akronim dan angka?
C.
Tujuan Makalah
1. Mengidentifikasi
penggunaan EYD yang benar dan baku
2. Mengidentifikasi
penulisan kata yang benar sesuai dengan EYD
D. Manfaat Makalah
Makalah ini bermanfaat sebagai acuan
pembelajaran EYD yang lebih maksimal untuk masa yang akan dating,minimal untuk
bahan kajian yang mengacu kepada kemajuan dimasa yang akan datang.
E.
Tujuan Makalah
Makalah ini bertujuan untuk membimbing
kita dalam penulisan kata-kata yang benar. Agar dalam penulisan setiap tugas,
apalagi dalam karya ilmiah kita dapat memiliki keterampilan bahasa yang baik
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan adalah
seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan huruf, kata, dan tanda
baca sebagai sarananya. Pengertian ejaan ini berbeda dengan arti kata mengeja,
mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf dan suku kata. Ejaan adalah suatu
sistem aturan yang jauh lebih luas dari sekedar masalah pelafalan, ejaan
mengalir keseluruh cara penulisan bahasa. Ejaan yang berlaku saat sekarang ini
adalah Ejaan Yang Disempurnakan. Ejaan yang pertama berlaku di indonesia adalah
ejaan Van Ophuijsen yang disusun oleh Ch. A. Van Ophuijsen pada tahun 1901dan
dimuat dalam kitab logat melayu.
B. Pemakaian Huruf dalam EYD
1. Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang
A,B,C,D,E,F,G,H,I,J,K,L,M,N,O,P,Q,R,S,T,U,V,W,X,Y,Z.
2. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf
a, e, i, o,dan u.
Huruf
Vokal
|
Contoh
pemakaian dalam kata
|
diawal
|
Ditengah
|
diakhir
|
A
e
i
o
|
Api
Enak
Emas
Itu
oleh
|
Padi
Petak
Kena
Simpan
Kota
|
Lusa
Sore
Tipe
Murni
radio
|
Dalam pengajaran lafal kata, dapat digunakan tanda aksen
jika ejaan kata menimbulkan keraguan.
3. Huruf konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas
huruf-huruf b, c, d, e, f, g, h, i, j, k, l, m, n, o, p, q, r, s, t, v, w, x,
y, dan z.
4. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai,
au, dan oi.
5. Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan
konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi
konsonan.
6. Pemenggalan Kata
1) Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
-
Jika di tengah kata
ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan di antara kedua huruf vokal
itu.
-
Jika di tengah kata
ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, di antara dua buah huruf
vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.
-
Jika di tengah ada
dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf
konsonan itu. Gabungan huruf konsonan tidak pernah diceraikan.
-
Jika di tengah kata ada
tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan di antara huruf
konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.
2)
Imbuhan akhiran dan
imbuhan aalan, termasuk awalan yang mengalami perubahanbentuk serta partikel
yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapatdipenggal pada pergantian baris.
3)
Jika suatu kata
terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat
bergabungdengan unsur lain, pemenggalan dapat dilakukan (1) di antara
unsur-unsur itu atau (2) pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah 1a, 1b,
1c dan 1d di atas.
C. Penggunaan Huruf Kapital dalam EYD
Pemakaian
huruf yang lazim dalam bahasa Indonesia adalah huruf kapital atau huruf besar
dan huruf miring, sedangkan huruf tebal tidak pernah diatur dalam pedoman EYD.
Uraian secara rinci tentang penulisan huruf kapital akan dijelaskan sebagai
berikut:
1)
Huruf kapital atau
huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
2)
Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
3)
Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama
Tuhan, nama Nabi/Rasul, dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
4)
Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan
yang diikuti nama orang.
5)
Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama
orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi,
atau nama tempat.
6)
Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang.
7)
Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
8)
Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa
sejarah.
9)
Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
10)
Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama Negara, lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.
11)
Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat
pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
12)
Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang
sempurna di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali
kata seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak pada posisi
awal.
13)
Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
14)
Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama kata petunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak,
ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
15)
Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama kata ganti anda.
Selain uraian diatas berikut penjelasan lain tentang penggunaan huruf
Kapital dalam EYD, yaitu :
a) Jabatan tidak
diikuti nama orang
Dalam butir 5 Pedoman EYD dinyatakan, huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama unsure nama jabatan dan pangkat yang
diikuti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat. Contoh, Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono, Gubernur Jawa Barat, Profesor Jalaluddin Rakhmat,
Sekretaris Jendral, Departemen Pendidikan Nasional. Jabatan tidak diikuti nama
orang tidak memakai huruf kapital. Contoh, Menurut bupati, anggaran untuk
pendidikan naik 25 % dari tahun sebelumnya.
b) Huruf pertama
nama bangsa
Dalam butir 7 dinyatakan, huruf kapital
digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Contoh,
bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris.
Ditegaskan, huruf kapital tidak dipakai
sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai bentuk
dasar kata turun. Contoh :
ke-Sunda-Sundaan,ke-Inggris-Inggrisan,ke-Batak-Batakan, meng
Indonesiakan.Seharusnya : kesunda-sundaan, keinggris- inggrisan,
kebatak-batakan, mengindonesiakan.
c) Nama geografi
sebagai nama jenis
Dalam butir 9 ditegaskan, huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama
diri. Contoh, berlayar ke teluk, mandi di kali, menyebrangi selat, pergi ke
arah tenggara, kacang bogor, salak bali, pisang ambon, pepaya bangkok, nanas subang,
tahu sumedang, peuyeum bandung dan telur brebes.
d) Setiap unsur
bentuk ulang sempurna
Dalam butir 11 dinyatakan, huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat
pada nama badan lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Contoh, Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Yayasan Ahli-Ahli
Bedah Plastik Jawa Barat, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, Garis-Garis
Besar Haluan Negara.
e) Penulisan kata
depan dan kata sambung
Dalam butir 12 dinyatakan, huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama semua kata di dalam nama buku, majalah, surat
kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan
untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Biasanya dipakai pada penulisan
judul cerpen, novel. Contoh, Harimau Tua dan Ayam Centil, Hari-Hari Penantian
dalam Gua Neraka, Kado untuk Setan,
Taksi yang Menghilang.
Penulisan Huruf Miring
a. Penulisan nama buku
Pada butir 1
pedoman penulisan huruf miring ditegaskan, huruf miring dalam cetakan
dipakaiuntuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam
tulisan. Contoh,Buku Jurnalistik Indonesia, Majalah Sunda Mangle,
Surat Kabar Bandung Pos.
b. Penulisan penegasan kata
dan penulisan bahasa asing
Butir 2 pedoman
penulisan huruf miring menyatakan, huruf miring dalam cetakan dipakaiuntuk
menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Contoh, boat
modeling, aeromodeling, motorsport.
D. Penulisan Kata dalam EYD
a. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai
satu kesatuan.
b. Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan
menggunakan tanda hubung.
c. Gabungan Kata
Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk,
termasukistilah khusus, unsure-unsurnya ditulis terpisah.
Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang
mungkin menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung
untuk menegaskan pertalian unsure yang bersangkutan.
d. Kata Ganti ku,
kau, mu, dan nya
Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan
kata yang mengikutinya; ku, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
e. Kata Depan di,
ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah
dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim
dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
f.
Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata
yang mengikutinya.
g. Kata ilmiah
Butir 3 pedoman penulisan huruf miring
menegaskan, huruf miring dan cetakan dipakai untukmenuliskan kata nama ilmiah
dan ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.Contoh, royal-purple
amethyst, crysacola, turqoisa, rhizopoda, lactobacillus, dsb.
h. Kata Turunan
1) Gabungan kata
dapat awalan akhiran
Butir 3 pedoman kata turunan menegaskan, jika
bentuk dasar yang berupa gabungan katamendapat awalan dan akhiran sekaligus,
unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.Contoh,bertepuk tangan, garis
bawahi, dilipatgandakan, sebar luaskan.
2) Gabungan kata
dalam kombinasi
Butir 4 pedoman penulisan kata turunan
menyatakan, jika salah satu unsur gabungan katahanya dipakai dalam kombinasi,
gabungan kata itu ditulis serangkai. Contoh, antarkota,antarsiswa,
antipornografi, antikekerasan, anti-Amerika, audiovisual, demoralisasi,dwiwarna,
dwibahasa, ekasila, ekstrakulikuler, interkoneksi, intrakampus,
multifungsi,pramuwisma,tunakarya, tunarungu, prasejarah, pascapanen, tridaya,
rekondisi.
i.
Gabungan Kata
1) Penulisan
gabungan kata istilah khusus
Butir 2 pedoman penulisan gabungan kata
mengingatkan, gabungan kata, termasuk istilahkhusus, yang mungkin menimbulkan
kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubunguntuk menegaskan
pertalian di antara unsur yang bersangkutan.Contoh; alat pandang-dengar,
anak-istri saya, buku sejarah-baru, mesin-hitung tangan, ibu-bapak kami.
2) Penulisan
gabungan kata serangkai
Butir 3 pedoman penulisan gabungan kata
menegaskan, gabungan kata berikut harus ditulisserangkai. Contoh, acapkali,
adakalanya, akhirulkalam, daripada, darmawisata,belasungkawa,dukacita, kacamata,
kasatmata, manakala, manasuka, matahari, olahraga,padahal, peribahasa,
radioaktif, saptamarga, saripati, sediakala, segitiga, sekalipun,sukacita,
sukarela, sukaria, titimangsa.
E. Pemakaian Tanda Baca dalam EYD
1. Tanda Titik (. )
a)
Tanda titik dipakai pada
akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya : Ayahku tinggal di
Solo. Biarlah mereka duduk di sana.
Dia menanyakan siapa yang akan datang.
b) Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama
orang.
Misalnya : A. S. Kramawijaya
Muh. Yamin
c)
Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan
sapaan
Misalnya :
Bc.
Hk.
(Bakalaureat Hukum)
Dr.
(Doktor)
2.
Tanda Koma ( , )
a) Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu
pemerincian atau pembilangan.
Misalnya :
Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
Satu, dua, . . . tiga!
b) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara
yang satu dari kalimat setara berikutnya
yang didahului oleh kata tetapi danmelainkan.
Misalnya :
Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.
3.
Tanda Titik Koma (; )
c) Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan
bagianbagian
kalimat yang sejenis dan setara.
Misalnya:
Malam makin larut; kami belum selesai juga.
d) Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan
kalimat yang
setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Misalnya:
Ayah mengurus tanaman di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik
menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan
siaran pilihan pendengar.
4.
Tanda Titik Dua ( : )
Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan
lengkap bila
diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnva:
Yang kita perlukan sekarang ialah barang yang berikut: kursi, meja, dan lemari.
Fakultas itu mempunyai dua jurusan: Ekonorni Umum dan Ekonomi Perusahaan.
5.
Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemberian.
Misalnya:
a) Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : S. Handayani
Bendahara : B. Hartawan
b) Tempat sidang : Ruang 104
Pengantar Acara : Bambang S.
Hari
: Senin
Jam
: 9.30 pagi
6.
Tanda Hubung ( - )
a) Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya:
...ada cara ba-
ru juga.
Suku kata yang terdiri atas satu huruf tidak dipenggal supaya jangan
terdapat satu huruf saja pada ujung baris.
b) Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata
di belakangnya, atau akhiran dengan bagian kata di depannya
pada
Misalnya:
.. . cara
baru meng-
ukur panas.
... cara baru me-
ngukur kelapa.
... alat
pertahan-
anyang baru.
c) Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:
anak-anak
berulang-ulang
dibolak-balikkan
kemerah-merahan
Tanda
ulang (2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.
7.
Tanda Pisah ( - )
a) Tanda pisah membatasi penyisipan
kata atau kalimat yang memberi penjelasankhusus di luar bangun kalimat.
Misalnya:
Kemerdekaan bangsa itu -saya yakin akan tercapai- diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
b) Tanda pisah menegaskan adanya aposisi atau keterangan
yang lain sehingga kalimat menjadi lebih
jelas.
Misalnya:
Rangkaian penemuan ini-evolusi, teori kenisbisan, dan kini juga pembedahan
atom- tidak mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
8. Tanda Elipsis ( ... )
a)
Tanda elipsis menggambarkan kalimat yang terputus-putus.
Misalnya:
Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.
b)
Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut
9. Tanda Tanya ( ? )
a)
Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya
Misalnya:
Kapan ia berangkat?
Saudara tahu bukan?
b) Tanda tanya dipakai di antara tanda kurung untuk
menyatakan bagian
kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:
la dilahirkan pada tahun 1683 (?).
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
10. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah, atau yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau rasa
emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah seramnya peristiwa itu!
Bersihkan kamar ini sekarang juga!
Masakan! Sampai hati juga ia meninggalkan anak- istrinya!
Merdeka!
11. Tanda Kurung ( )
a) Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
DIP (Daftar Isian Proyek)
kantor itu sudah selesai.
b) Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral
pokok pembicaraan.
Misalnya:
Sajak Tranggono yang
berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada
tahun 1962
c) Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu seri keterangan.
Angka atau huruf itu dapat juga diikuti oleh kurung tutup saja.
Misalnya:
Faktor-faktor produksi
menyangkut masalah berikut:
(a) alam,
(b) tenaga kerja, dan
(c) modal.
Faktor-faktor produksi
menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.
12. Tanda Kurung Siku ([... ])
a) Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain.
Tanda itu jadi isyarat bahwa kesalahan itu memang terdapat di dalam naskah asal.
Misalnya:
Sang Sapurba men[d] engar
bunyi gemerisik.
b) Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah
bertanda kurung.
Misalnya:
(Perbedaan antara dua
macam proses ini [lihat BabI] tidak dibicarakan.)
13. Tanda Petik ("... ")
a) Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan,
naskah, atau bahan tertulis lain. Kedua pasang tanda petik itu ditulis sama
tinggi di sebelah atas baris.
Misalnya:
"Sudah siap?"
tanya Awal.
"Saya belum siap," seru Mira, "tunggu sebentar!"
b) Tanda petik mengapit judul syair, karangan, dan bab buku, apabila dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
Bacalah "Bola
Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
14. Tanda Petik Tunggal ( ' ... ' )
a) Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan
lain. Misalnya:
Tanya Basri,
"Kaudengar bunyi 'kring-kring' tadi?"
"Waktu kubuka pintu kamar depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang', dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.
b) Tanda petik tunggal mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan
asing (Lihat pemakaian tanda kurung)
Misalnya:
rate
of inflation
’laju inflasi’
15. Tanda Ulang ( ...2 ) (angka 2 biasa)
Tanda ulang dapat dipakai dalam tulisan cepat dan notula untuk menyatakan
pengulangan kata dasar.
Misalnya:
kata2
lebih2
sekali2
16. Tanda Garis Miring ( / )
a) Tanda garis miring dipakai dalam penomoran kode surat.
Misalnya:
No. 7/PK/1973
b) Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, per, atau
nomor alamat.
Misalnya:
mahasiswa/mahasiswi
harganya Rp 15,00/lembar
Jalan Daksinapati IV/3
17. Tanda Penyingkat (Apostrof) ( ' )
Tanda apostrof
menunjukkan penghilangan bagian kata.
Misalnya:
Ali 'kan
kusurati ('kan = akan) Malam 'lah
tiba ('lah = telah)
F. Cara penggunaan EYD yang benar pada penulisan
partikel, singkatan, akronim dan angka
1.
Penulisan Partikel
Penulisan
partikel -lah, -kah, dan –tahPedoman EYD menetapkan
ketentuan pertama menyatakan partikel -lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai
dengan kata yang mendahuluinya. Contoh: bacalah, tidurlah, apakah, siapakah,
apatah.
a.
Penulisan partikel pun
Butir 2 tentang penulisan partikel
mengingatkan, partikel pun dituliskan terpisah dari kata yang
mendahuluinya.
b.
Penulisan partikel per
Butir 3 tentang penulisan partikel
menyebutkan, pertikel per yang berarti mulai, demi, dan tiap ditulis
terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
2.
Penulisan Singkatan
Pedoman EYD menegaskan,
singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau
lebih. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau
organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis
dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
a. Penulisan
singkatan umum tiga huruf
Pedoman EYD mengingatkan,
singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda
titik. Kaidah bahasa jurnalistik dengan tegas melarang pemakaian singkatan umum
seperti ini dalam setiap karya jurnalistik seperti tajuk renacana, pojok,
artikel, kolom, surat pembaca, berita, teks foto, feature. Bahasa jurnalistik
juga dengan tegas melarang penggunaan singkatan jenis ini dalam judul tajuk,
artikel, surat pembaca, atau judul-judul berita.
b. Penulisan
singkatan mata uang
Pedoman EYD menegaskan,
lambang kimia, singkatan satuan ukuran , takaran, timbangan, dan mata uang
tidak diikuti tanda titik.
3. Penulisan Akronim
Menurut Pedoman
EYD, akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku
kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan
sebagai kata.
Pertama, akronim nama
diri berupa gabunga suku kata. Kedua, akronim yang bukan nama diri
berupa gabungan huruf.
a. Akronim nama diri
Pedoman EYD menyatakan,
akronim nama diri yag berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku
kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
b. Akronim bukan
nama diri
Menurut Pedoman EYD, akronim yang bukan
nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan
suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Sebagai catatan, Pedoman EYD
mengingatkan, jika dianggap perlu membentuk akronim, maka harus diperhatikan
dua syarat
Pertama, jumlah suku akronim
jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata Indonesia.
Kedua, akronim
dibentuk yang sesuai dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan
konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim
4. Penulisan Angka
Pedoman EYD menetapkan empat
jenis penulisan angka,
Pertama, angka dipakai
untuk menyatakan lambing bilangan atau nomor.Dalam tulisan lazim digunakan
angka Arab atau angka Romawi.
Kedua, angka digunakan
untuk menyatakan :
(1) ukuran
panjang, berat, luas, dan isi,
(2) satuan waktu,
(3) nilai uang,
dan
(4) kuanitas.
Ketiga, angka lazim
dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, aparteman, atau kamar pada
alamat.
Keempat, angka digunakan
juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
5. Penulisan Lambang
Bilangan
Dari delapan
jenis penulisan bilangan yang diatur dalam Pedoman EYD, empat
diantaranya perlu dibahas disini. Ini mengingat apa yang dibolehkan dalam Pedoman
EYD, belum tentu dibolehkan pula dalam bahsa jurnalistik.
a. Penulisan lambang
bilangan satu-dua kata
Pedoman EYD menetapkan,
penulisan lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata
ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara
berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan.
b. Penulisan lambang
bilangan awal kalimat
Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis
dengan huruf.Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak
dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
c. Penulisan lambang
bilangan utuh
Angka yang menunjukan bilangan utuh yang besar
dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca.Ketentuan dalam Pedoman EYD
ini sangat sejalan dengan kaidah bahasa jurnalistik yang senantiasa menuntut
kesederhanaan dan kemudahan.
d. Penulisan lambang
bilangan angka-huruf
Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan
huruf sekaligus dalam teks kecuali didalam dokumen resmi seperti akta dan
kuitansi. (ash3).com
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ejaan merupakan keseluruhan peraturan bagaimana menggambarkan lambang-lambang
bunyi ujaran dan bagaimana interrelasi antara lambang-lambang itu
(pemisahannya, penggabungannya) dalam suatu bahasa. Ejaan yang disempurnakan
bertujuan untuk dapat berkomunikasi dengan bahasa indonesia yang baik dan
benar. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam EYD, seperti :
1. Pemakaian huruf
3. Penulisan kata
4. Pemakaian tanda baca
B. Saran dan Kritik
1.
Bahasa Indonesia adalah bahasa Negara dan
bahasa Nasional yang berfungsi sebagai sarana komunikasi ilmiah, untuk itu
kiranya adalah suatu keharusan bagi kita semua agar mampu memahami ejaan bahasa
Indonesia yang disempurnakan (EYD).
2. Apa yang kita
mengerti dan pahami tentang ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan
(EYD), sekiranya dapat kita praktekkan dalam penulisan karya ilmiah agar bahasa
kita ini tidak tercampur dengan kata-kata asing.
DAFTAR
PUSTAKA
Agustin, Risa,
Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) Dengan Pedoman Umum Pembentukan
Istilah, Surabaya: Serba Jaya, 1972.
Ningsih, Sri,
dkk., Bahasa Indonesia Untuk Mahasiswa, Yogyakarta: C.V Andi sOffset,2007.
Pamungkas,
Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), Surabaya: Giri Surya,1972.
Zainuddin, Materi
Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 1992.
http://pemakaian_huruf_bahasa_indonesia/jasa_artikel.com.htm